Saatnya Kita Belajar Bahasa Inggris

Blog ini berisi materi Bahasa Inggris untuk tingkatan SMP

Listening and Speaking

Pada blog ini terdapat materi untuk kemampuan mendengar dan bercakap Bahasa Inggris

Simple Present Continuous Tense

Salah satu materi pada blog ini ialah tentang Simple Present Continuous Tense

Selasa, 28 November 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3-Coaching untuk Supervisi Akademik

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3

Oleh:

Amelia Hamida, S.Pd

CGP Angkatan 9

Kabupaten  Pasaman Barat

Pada modul 2.3 ini, saya merefleksikan kegiatan yang saya ikuti di LMS ini dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal Refleksi dwi minggu ini membahas materi pada Modul 2.3 tentang Coaching. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media yang mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)

 

1. Facts (Peristiwa)

Di minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yaitu diawali mulai dari 2.3.a.3 mulai dari diri yang berisikan jawaban dari pertanyaan pemantik yang diberikan untuk merefleksikan diri saya tentang supervisi di sekolah saya, kemudian masuk ke eksplorasi konsep, modul 2,3,a,4,1 yang membahas tentang coaching, perbedaan antara metode pengembangan diri coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training, konsep coaching secara umum, bagaimana coaching dilakukan dalam konteks pendidikan, paradigma coaching dilihat dari system Among yang merupakan konsep dari Ki Hajar Dewantara, selanjutnya masuk ke modul 2.3.a.4.2 tentang eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervise akademik.

Selain itu disana juga dijabarkan perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat, dibantu dengan video percakapan coaching yang membantu saya memahami tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang coach yang baik. yang diakronimkan menjadi TIRTA ( Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab ), diharapkan akan seperti air yang mana komunikasi bisa mengalir, disini juga dibahas tentang inti coaching yaitu presence kehadiran penuh yang terlihat pada coach, dengan memberikan perhatian penuh akan apa yang disampaikan oleh coachee, menjadi seorang pendengar aktif dengan sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang dibicarakan oleh coachee, dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching, selain itu, modul ini juga membahas tentang jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana aksi, coaching untuk melakukan refleksi, coaching untuk memecahkan masalah dan coaching melakukan kolaborasi, selanjutnya di forum diskusi eksplorasi kami saling melakukan pemantapan pemahaman dengan berdiskusi antar CGP. Pada modul 2.3.a.5 yaitu ruang kolaborasi saya berpasangan dengan Bu Asrima Dewi melakukan sebuah percakapan coaching untuk benar-benar memberikan pengalaman coaching secara nyata dengan teman sesama CGP, dan hasil percakapan divideokan

2. Feelings (Perasaan)

Saya sangat semangat mengikuti aktivitas pembelajaran tentang coaching ini. Pada modul 2.3. ini, Saya menjadi begitu penasaran di awalnya bagaimana menjadi coach yang baik, dan kemudian merasa senang sekali karena semuanya terjawab di modul ini ditambah dengan beberapa praktik langsung bersama para CGP membuat pemahaman baik tentang modul 2.3 Dari hasil praktik saya merasa masih banyak kekurangan sehingga merasa bersemangat untuk belajar lagi dan berusaha memahami tentang coaching, bagaimana membuat pertanyaan berbobot, dan bagaimana bersikap sebagai coach yang baik.

 

3. Findings (Pembelajaran)

Informasi, pengetahuan dan pengalaman baru pada modul 2.3. memberi saya banyak pengetahuan dan pembelajaran yang banyak tentang bagaimana menjadi coaching yang baik dan bagaimana melakukan supervisi akademik yang baik yang dapat membantu pengembangan diri rekan sejawat. pada fase ini saya diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2:yang pernah saya dapati mulai dari konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan supervisi akademik.

4. Future (Penerapan)

Sebagai seorang guru, saya tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat. permasalahan tersebut seringkali menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuannya, bahkan mereka bisa saja tidak sadar akan kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, coaching sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu menjadi coach yang baik bagi muridnya dan orang lain.

  

Jumat, 17 November 2023

Jurnal Dwi Mingguan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 

Modul 2.2 “Pembelajaran Sosial Emosional”

                                AMELIA HAMIDA, S.Pd

                    CGP Angkatan 9-Kabupaten Pasaman Barat

Alhamdulillah pada kesempatan ini saya akan membuat jurnal refleksi dwi mingguan tentang modul 2.2 di LMS yang berkaitan dengan materi Pembelajaran Sosial Emosial. Jurnal ini     merupakan tugas rutin yang harus dikerjakan setiap CGP yang berisi tentang hal-hal yang didapatkan dan dilakukan selama mempelajari modul ini. Sama seperti modul sebelumnya, jurnal ini menggunakan model 4 F (Facts, Feelings, findings and Future).

1.      Facts (Peristiwa)

3 November 2023 kegiatan mempelajari modul 2.2 dimulai. Pengumuman dari Ibu Fasilitator yang baik hati di Wa Group menghimbau semua anggota CGP dalam kelas A.32 BGP Sumbar untuk mulai berselancar di LMS. Modul 2.2 berisi tentang pembelajaran sosial emosional. Dalam modul ini ada banyak materi yang sebenarnya secara tidak langsung sudah dilakukan namun tidak diketahui sebelumnya, jadi materi dalam modul ini adalah hal baru yang saya pelajari. Adapun materi baru yang saya pelajari dalam modul ini yaitu materi kerangka CASEL (kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab), pembelajaran sosial emosional berbasis mindfulness (kesadaran penuh), teknik STOP dan masih banyak lagi. Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan seluruh warga sekolah. PSE membuat murid merasakan sosial emosional yang dirasakannya dan orang lain rasakan serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Alur Belajar dalam modul ini juga sama dengan modul sebelumnya yaitu menggunakan alur belajar MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi dan Aksi nyata).

 

Untuk waktu pelaksanaan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

v  MULAI DARI DIRI

3 - 5 November 2023 

Di sini saya mendapat tugas untuk melakukan refleksi diri terkait kompetensi sosial dan emosional. Ada tujuh pertanyaan yang harus saya jawab.

v  Eksplorasi konsep (mandiri dan forum diskusi)

6 November 2023

Di bagian eksplorasi konsep, saya belajar di LMS tentang pembelajaran untuk sosial dan emosional. Saya mulai belajar tentang definsi pembelajaran sosial dan emosional. Selanjutnya saya belajar mengenai kompetensi sosial dan emosional, kesadaran penuh (mindfulness), dan implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah. Adapun implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan di sekolah dapat dilakukan dengan cara:

a. Pengajaran eksplisit

b. Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik

c.  Menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah

            d. Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah

 

Setelah itu saya, melakukan diskusi asinkron. Ada 5 kasus yang harus saya dan CGP lainnya tanggapi dalam diskusi asinkron ini.

v  RUKOL

Ruang kolaborasi di modul 2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah diskusi dengan anggota kelompok dan yang kedua adalah presentasi hasil diskusi tersebut. Semua itu dilakukan secara daring melalui Gmeet.

    Ã¼  SESI 1

     8 November 2023

    Ã¼  RUKOL SESI 2

     9 November 2023

v  Demontrasi Kontekstual

10-13 November 2023

Di bagian ini saya mendapatkan tugas membuat RPP berbasis kompetensi sosial dan emosional.

v  Elaborasi pemahaman

Di bagian ini, saya ditugasi untuk memberikan pertanyaan yang dapat menguatkan pemahaman saya tentang isi modul 2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional. Saya juga melakukan elaborasi pemahaman dengan instruktur melalui Gmeet pada hari Rabu. 15 November 2023 pada pukul 15.30 – 17.00 WIB. Instruktur yang memandu kegiatan elaborasi adalah Bapak Sudarno.

v  Koneksi antar materi

14-15 November 2023

Di bagian koneksi antarmateri Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional, saya membuat melakukan refleksi pengetahuan sebelum, selama, dan sesudah mempelajari modul.


v  Aksi nyata

16 November 2023

Aksi nyata berisi pemahaman saya tentang modul 2.2 yang diterapkan secara nyata. Di aksi nyata ini saya melakukan pembelajaran berbasis kompetensi sosial dan emosional.

 2.      Feelings (Perasaan)

Perasan atau pengalaman saya selama mempelajari modul pembelajaran emosional ini sangat senang dan bersemangat, namun ada juga sedikit pesimis atau tidak merasa mampu mengerjakan setiap tugas dalam modul ini dikarenakan berbagai faktor. Tapi alhamdulillah walau tersendat dan merangkak-rangkak setiap tugas bisa diselesaikan.


Pengalaman atau perasaan yang sangat begitu berat ketika rukol presentasi dimana tiba giliran saya akan presentasi, anak-anak saya pada banyak keinginan ini dan itu sehingganya presentasi saya dilanjutkan oleh teman. Namun setelah hak anak saya penuhi presentasi saya lanjutkan kembali.


Berikutnya pengalaman atau perasaan saat mengikuti Elaborasi pemahaman bersama instruktur Bapak Sudarno adalah merasa khawatir. Dimulai dari jaringan telkomsel yang hilang, lalu saya buru-buru beli paket internet kartu lain. Disaat elaborasi pun suara instruktur hamper saja tidak terdengar kalua tidak pakai handsfree dikarenakan hari hujan lebat. Pak Sudarno menjawab pertanyaan saya dengan baik sehingga ada hal yang harus saya ingat untuk melatih emosi saya pada anak sendiri.


Adapun perasaan senang yang saya rasakan adalah dalam mempelajari modul ini saya mulai memahami bahwa pembelajaran sosial emosional ini memberikan pengaruh terhadap proses belajar mengajar dan membawa dampak penting pada hasil belajar murid. Saya juga merasakan ada energi baru setelah melakukan treatmen STOP pada diri sendiri. Saya juga merasa tertantang untuk menerapkan PSE di kelas.


3.      FINDINGS (Pembelajaran)


Setelah mempelajari lebih dalam tentang Pembelajaran Sosial Emosional, ada banyak hal bisa diambil dan digunakan dalam lingkungan sekolah . Saya menjadi lebih paham ternyata antara PSE dan keberhasilan hasil belajar seorang murid memiliki kaitan. Hal ini dikarenakan keberhasilan seorang murid tidak muluk ditentukan oleh materi yang bagus, metode dan strategi mengajar yang menarik, namun seorang guru juga harus memperhatikan kondisi sosial dan emosional murinya agar murid dapat belajar dengan merasa aman dan nyaman (Well-being). Hal ini dikarenakan jika belajar dalam kondisi Well-Being seorang murid akan mudah mengikuti dan memahami apa yang sedang dipelajarinya. 


Pembelajaran yang saya dapatkan lainnya adalah melalui PSE dapat membantu saya memecahkan permasalahan yang timbul baik dalam kegiatan proses belajar di kelas, menjalin kolaborasi dengan rekan sejawat, maupun juga dalam permasalahan pribadi. 


Pembelajaran lainnya yang saya dapatkan adalah melalui PSE murid menjadi bersikap lebih terbuka dalam mengekspresikan perasaannya dan orang-orang sekitarnya. Murid juga dapat menemukan solusi jika dihadapkan pada masalah tertentu. Dalam modul PSE ini pembelajaran yang saya dapatkan adalah adanya metode STOP. Dengan teknik ini saya bisa lebih fokus untuk melakukan hal merupakan suatu prioritas. 


Pembelajaran lainnya dalam PSE yang saya dapatkan adalah melalui PSE saya bisa memanajemen diri dan waktu agar lebih efktif , efisien dan refektif baik itu dalam lingkungan kerja maupun lingkungan keluarga.


4.      Future (Penerapan)


Setelah memahami materi dalam modul 2.2. tentang pembelajaran sosial dan emosional, saya akan merubah pola pikir/mainset tentang PSE yang sebelumnya jarang saya terapkan dan nantinya akan menerapkan pembelajaran berbasis KSE di sekolah. Tentunya dengan melakukan perencanaan yang matang, mulai dari pembuatan RPP/modul ajar, pembuatan/persiapan media, dan lain-lain. Selain itu saya juga akan melakukan sharing atau berbagi praktik baik baik dengan rekan guru atau teman sejawat di lingkungan sekolah maupun rekan guru dari sekolah lain.


Dokumentasi


Ekspresi Murid Ketika Penerapan PSE secara Eksplisit



Kegiatan Ruang Kolaborasi


 

 

 

 

 

 

 

 

 

r

Rukol sesi 1 modul 2.2

Kamis, 02 November 2023

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.1 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

                                        JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.1 

                                                  PEMBELAJARAN BERDIFFERENSIASI

 

            Salam bahagia Bapak Ibu Guru hebat.

Berikut akan saya uraikan refleksi dwi mingguan modul 2.1 tentang pembelajaran berdifferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.

Jurnal refleksi ini merupakan tugas rutin yang harus dikerjakan oleh setiap peserta CGP sebagai bentuk ungkapan atau curahan hati CGP selama mempelajari setiap modul. Jurnal ini juga dijadikan sebagai dokumentasi untuk perasaan, gagasan, pengalaman, serta praktik baik yang telah dilakukan setelah mempelajari modul. Adapun model refleksi yang digunakan masih sama dengan jurnal refleksi pada modul sebelumnya yaitu dengan menggunakan metode 4F ( Fact, feeling, Findings, and Future) atau 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan). Di bawah ini merupakan uraian dari 4P tersebut

1. Peristiwa (Fact)

Di modul 2.1 saya dibekali materi yang menurut saya baru untuk saya yaitu tentang pembelajaran berdifferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Sama seperti modul sebelumnya pembahasan di LMS menggunakan alur “merdeka”.

Kegiatan di modul ini di awali dengan pretest pada tanggal 20 Oktober 2023. Soal pre test sebanyak 18 soal pilihan ganda. Soal memuat materi yang akan dipelajari di modul 2.1.

            Berikut Adalah Alur Merdeka Kegiatan Di Modul 2.1

 

                               ·       Mulai dari Diri

Dalam kegiatan Mulai dari Diri saya diajak untuk berefleksi dalam mengelola kelas dan memenuhi kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda, selain itu


juga berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana tindakan gurunya di masa lalu membantu dirinya untuk belajar dengan lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

 

                                ·         Eksplorasi konsep (mandiri dan forum diskusi)

Dalam kegiatan ini, saya diberi pemahaman tentang pembelajaran berdiferensiasi, sehingga dapat menjelaskan bagaimana cara mengetahui kebutuhan belajar murid. Pada kegiatan ruang kolaborasi 1 pada tanggal 25 Oktober 2023, saya bersama CGP lainnya difasilitasi oleh Fasilitator Ibu Dra. Muliati untuk mengkaji serta menganalisis berbagai contoh kasus mengenai pembelajaran berdiferensiasi. Selanjutnya dalam ruang kolaborasi 2 yang diadakan pada tanggal 26 Oktober 2023, kami mempresentasikan dan mendiskusikan hasil diskusi kelompok kecil dan saya masuk kelompok 4 yang terdiri dari Bu Neti, Bu Asrima Dewi, Bu Ulfa dan saya sendiri untuk kemudian diberi masukan dan saran. Kami pun mendapat pencerahan mengenai pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi di berbagai jenjang pendidikan. Diskusi dengan rekan CGP dalam ruang kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberi masukan konstruktif dalam menyusun rencana pembelajaran berdiferensiasi, secara mandiri menyusun RPP berdiferensiasi diunggah di LMS untuk mendapat umpan balik dari sesama CGP dan fasilitator.


                                ·         Demontrasi Kontekstual

Secara mandiri menyusun RPP berdiferensiasi diunggah di LMS untuk mendapat umpan balik dari sesama CGP dan fasilitator.

 

                                ·         Elaborasi pemahaman

Elaborasi pemahaman dilaksanakan pada tanggal 1 November 2023 dengan instruktur yaitu oleh Ibu Any Suhaeny, M.Si.


Dokumentasi kegiatan Elaborasi pemahaman dengan instruktur.

 


                                ·         Koneksi antar materi

Menghubungkan materi pada modul 2.1 dengan materi pada modul sebelumnya dengan due data pada tanggal 6 November 2023

  ·         Aksi nyata

Mempraktekkan RPP berdifferensiasi ketika kegiatan pendampingan individu bersama pengaja praktik.

 

        2.  Perasaan (Feelings)

 

Pada awalnya saya merasa Senang tapi juga agak ragu dan berfikir bahwa dalam persiapan pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi seakan rumit dan sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional. Namun saya menyadari bahwa murid


memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dengan cara yang menyenangkan dan mengasyikan sesuai dengan minat dan gaya belajarnya. Sementara guru memiliki kewajiban untuk merancang pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan murid (profil, minat dan gaya belajar murid), hal ini dapat diejawantahkan dalam pembelajaran berdiferensiasi.

 

Selanjutnya saya merasa tercerahkan, karena setelah membaca bagian eksplorasi konsep, dan berdiskusi dalam ruang kolaborasi, saya jadi semakin paham bahwa murid yang beragam memerlukan pelayanan yang beragam pula. Saya jadi paham bahwa kita sebagai guru dapat mengakomodir keragaman siswa tersebut melalui ragam (diferensiasi) konten, proses dan produk pembelajaran. Setelah kegiatan elaborasi pemahaman bersama instruktur juga menambah pengetahuan saya bahwa di dalam RPP berdifferensiasi tidak harus melakukan tiga strategi sekaligus tetapi boleh dipilih salah satu saja, dan juga dalam mengetahui kebutuhan belajar murid terutama untuk mengidentifikasi gaya belajar murid perlu melakukan koordinasi terutama dengan guru BK.

 

        3.  Pembelajaran (Findings)

 

"Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin." (Ki Hajar Dewantara).

 

Pada awal bagian Eksplorasi Konsep, saya disuguhi quote yang sangat menggugah. Quote tersebut mampu menggambarkan bahwa kita sebagai guru harus mampu melayani murid yang beragam dengan pelayanan yang beragam pula. Setelah murid terlayani dengan baik, besar harapan, murid dapat mencapai kebahagianya sesuai filosofis tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantara, pada akhirnya murid dapat mencapai kompetensi yang diharapkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi sekitarnya.

 

"Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya." (Ki Hajar Dewantara). Pembelajaran berdiferensiasi didesain agar guru bisa melaksanakan pembelajaran yang mampu mengakomodir berbagai macam kebutuhan belajar murid. Guru harus memiliki kepekaan dalam merespon semua kebutuhan belajar murid, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan: bagaimana kesiapan belajar murid; bagaimana minat murid terhadap materi pembelajaran kita; dan seperti apa profil belajar murid. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu juga memperhatikan strategi: diferensiasi konten; diferensiasi proses; dan diferensiasi produk. Dan dalam


proses penilaian, guru menggunakan penilaian berjenjang. Harapannya, semua murid bisa memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga lingkungan yang aman dan nyaman pun akan didapatkan murid.

 

        4.  Penerapan (Future)

Setelah mempelajari modul 2.1 ini, ke depannya saya akan selalu berupaya dan berusaha untuk melayani kebutuhan murid yang beragam melalui pembelajaran berdiferensasi

 

Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat diselenggarakan secara efektif, maka perlu pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan, minat dan profil belajar murid, agar guru dapat menentukan perbedaan konten, proses, serta produk dalam kegiatan pembelajaran. Yaitu dengan asesmen diagnostik non kognitif. Data pemetaan bisa diperoleh dari data murid pada tahun/semester sebelumnya, melalui angket, melalui pengamatan, atau wawancara dengan sesama rekan guru dan wali murid. Bagi saya ini merupakan pengetahuan baru, sehingga dalam prakteknya butuh proses dan terus belajar. Semoga dapat berkontribusi dalam transformasi pendidikan di Indonesia, murid menjadi aset yang kelak menjadi pemimpin bangsa.

Sabtu, 14 Oktober 2023

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan-Modul 1.4-Budaya Positif

 

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 

MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

Amelia Hamida, S.Pd

 CGP ANGKATAN 9

SMP Negeri 3 Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat

Sumatera Barat

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

Disini saya akan menulis mengenai jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.4 tentang budaya positif. Jurnal refleksi dwi mingguan merupakan tulisan tentang refleksi diri setelah mengikuti sebuah kegiatan pelatihan yang ditulis secara rutin setiap dua mingguan sesuai dengan apa yang telah didapatkan dan pengalaman seperti apa yang bisa di lakukan.

Jurnal refleksi ini merupakan tugas yang harus dilakukan pada pendidikan guru penggerak oleh semua Calon Guru Penggerak. Jadi kali ini saya akan menulis refleksi saya mengenai serangkaian kegiatan yang sudah dilalui, khususnya pada modul 1.4 tentang budaya positif. Saya menuliskan kegiatan refleksi ini menggunakan model 4F yaitu:

1.  Facts (Peristiwa)

2.  Feelings(Perasaan)

3.  Findings(Pembelajaran)

4.  Future (Penerapan)

 

Dan marilah kita ikuti satu persatu refleksi saya tentang modul 1.4 budaya positif.

1.  Facts(Peristiwa)

Setelah saya mempelajari modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara, modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, dan modul 1.3 Visi Guru Penggerak. Setelah iu, saya beserta CGP Angkatan 9 kabupaten Pasaman Barat mulai mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif.

Modul 1.4 dipelajari secara daring menggunakan LMS Pendidikan Guru Penggerak, kegiatan ini menggunakan alur yang disebut dengan alur MERDEKA yaitu:


(1)   Mulai dari diri dimulai dari tanggal 29 September 2023

Adapun tujuannya adalah setiap CGP mengamati bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing dapat menciptakan lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia, mandiri, dan bertanggung jawab, sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Saya mulai mempelajari modul 1.4. dengan membuka tautan mulai dari diri. Di sini saya mendapat tugas untuk menjawab empat pertanyaan, yakni 1) pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan; 2) bagaimana saya menciptakan suasana positif di lingkungan saya; 3) hubungan antara menciptakan suasana positif dengan proses pembelajaran yang berpihak kepada murid; 4) penerapan disiplin saat ini di sekolah saya, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang masih perlu diperbaiki dan dikembangkan.

 (2) Eksplorasi konsep dilaksanakan 2-5 Oktober 2023

Hal-hal yang dibahas yaitu:

Disiplin Positif dan Nilai Kebajikan Universal

CGP dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol. Berikutnya CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol. CGP juga diharapkan dapat menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.

Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

CGP dapat menjelaskan konsep teori motivasi, hukuman dan penghargaan, dan pendekatan restitusi. Selain itu, CGP dapat melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.

 

        Keyakinan Kelas

CGP dapat menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas. CGP juga dapat menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas.

 

Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

CGP dapat menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru. Selain itu, CGP dapat menganalisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai


kebajikan. Berikutnya CGP dapat mengidentifikasi peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam.

 

Restitusi: 5 Posisi Kontrol

CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya. Berikutnya CGP dapat memahami dan menerapkan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.

 

Restitusi: Segitiga Restitusi

CGP menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Kemudian CGP dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka. CGP juga diharapkan dapat menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif di lingkungannya.

 

Hal yang didapatkan dari bagian eksplorasi konsep, saya belajar enam materi esensial di modul 1.4. Budaya Positif. Enam materi itu adalah:

1)  Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal;

Menerapkan sebuah disiplin merupakan sebuah tanggung jawab dalam proses mendidik murid di sekolah. Penerapannya tentu harus berkolaborasi dengan seluruh pihak: menanamkan keteladanan dan kesadaran bahwa disiplin melatih kita untuk bertanggung jawab dan menghargai suatu hal salah satunya waktu.

 

2)  Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi;

bahwa sebagai guru kita harus bisa menempatkan diri dan waktu yang tepat dalam menerapkan motivasi termasuk didalamnya penghargaan dan hukuman. Motivasi instrinsik adalah focus utama yang harus dibangun karena sifatnya lestari.

 

3)  Keyakinan Kelas;

Keyakinan kelas, merupakan sebuah gagasan yang diyakini oleh kelas dengan penuh kepercayaan yang berasal dari hati dan sukarela atau senang hati melaksanakan keyakinan yang dibuat.

 

4)  Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas;

Kebutuhan dasar manusia ada lima, kesenangan, penguasaan, kasih sayang dan diterima, kebebasan, dan bertahan hidup. Tolok ukur bahagia seseorang ketika kelima kebutuhan dasarnya telah terpenuhi dengan baik.

 

5)  Restitusi - Lima Posisi Kontrol;

Posisi kontrol guru, ada lima posisi dalam kontrol budaya positif yaitu posisi penguhukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, manajer. Dari kelima posisi kontrol guru posisi


manajer adalah paling ideal, karena ketika guru sudah di posisi ini, ia sudah bisa menempatkan diri sebagai teman dan pemantau untuk mewujudkan identitas yang berhasil.

 

6)  Restitusi - Segitiga Restitusi;

Segitiga restitusi merupakan tahapan penyelesaian konflik atau masalah dalam penerapan budaya positif. Langkahnya: menstabilkan identitas (stabilize identity), validasi Tindakan yang salah (validation of unbehaviour), dan menanyakan keyakinan (seek the belief).

(2)   Ruang Kolaborasi dilaksanakan 6&9 Oktober 2023

Dalam kelompok, CGP akan menganalisis kasus-kasus yang tersedia dalam LMS berdasarkan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif. CGP akan mendiskusikan strategi-strategi agar konsep-konsep dalam disiplin positif dapat menjadi standar tindak lanjut kasus pelanggaran disiplin di sekolahnya. Mereka akan mempresentasikan hasil analisisnya secara sinkronus, dan kelompok lain akan menanggapi.

Ruang kolaborasi dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah diskusi dengan anggota kelompok, dan yang kedua adalah bagian presentasi hasil diskusi kelompok. Semua itu dilakukan melalui GMeet yang dipandu oleh fasilitator. Pada tanggal 6 dan 9 Oktober 2023 masuk ruang kolaborasi . Rukol 1 forum diskusi dilaksanakan hari Jumat 6 Oktober 2023 pukul 19.00-21.15. Rukol 2 presentasi dilaksanakan hari Senin 9 Oktober 2023 pada jam yang sama. Pada ruang kolaborasi ini dan kami membahas kasus sebanyak 4 buah kasus, dianalisis berdasarkan materi budaya positif dibawah bimbingan Fasilitator yaitu Ibu Dra. Muliati.

Dalam diskusi ini calon guru penggerak memahami konsep budaya positif dan saling berdiskusi memberi masukan dan penguatan serta saling menanggapi. Pada tanggal 6 Oktober bersama fasilitator dibagi menjadi 3 kelompok, kami mendiskusikan 4 kasus yang diberikan. Saya masuk di kelompok 3 bersama Bapak Azwir Nando, Ibu Asrima Dewi, Ibu Roza Yuanita dan saya sendiri (Amelia Hamida). Setelah diskusi tentang 4 kasus tersebut kami disuruh menyiapakan presentasi tentang dua kasus yang dipilih kelompok. Pada tanggal 9 Oktober 2023 saya kembali bersama dengan Fasilitator dan teman guru penggerak lainnya melakukan kegiatan presentasi. Kelompok 3 mempresentasikan kasus 1 dan kasus 2. Pada saat presentasi calon guru penggerak aktif dalam tanya jawab. Setiap kelompok mempresentasikan dan menanggapi presentasi dari kelompok lain. setelah presentasi tugas kelompok semakin sempurna diunggah ke LMS pada sesi unggah ruang kolaborasi.

 

(3)   Demonstrasi kontekstual pelaksanaan 10 dan 11 Oktober 2023

CGP mampu melakukan praktik segitiga restitusi dengan murid di sekolahnya.

Di bagian Demontrasi kontekstual ini, saya mendapatkan tugas membuat dua skenario penerapan segitiga restitusi. Setelah scenario dibuat, saya membuat video penerapan segitiga


restitusi bersama siswa. Untuk tugas ini, saya mempraktikkan kasus murid yang tidak sengaja melempar bola ke kantor dan murid yang sering ngantuk dan malas-malasan di kelas.

(4)   Elaborasi Pemahaman yang akan dilaksanakan tanggal 13 Oktober 2023 

Setelah berdiskusi bersama instruktur, CGP mendemonstrasikan pemahamannya secara lebih mendalam mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif.

 

Di bagian ini, saya ditugaskan untuk memberikan pertanyaan yang dapat menguatkan pemahaman saya tentang isi modul 1.4. Budaya Positif. Pertanyaan yang akan mengguatkan pemahaman saya akan materi konsep di modul 1.4 adalah:

 

1.   Apa yang harus kita lakukan jika kita mengatasi iswa yang bermasalah dengan segitiga restitusi, tetapi siswa tersebut tidak ada perubahan sama sekali namun menganggap tidak adanya ketegasan dari guru ataupun sekolah.

 

Pemateri di kegiatan Elaborasi ini adalah Ibu Kresniwiyati. Beliau memaparkan materi dengan sangat jelas dan runut. Peserta dalam Gmeet ini adalah CGP Angkatan 9 Sumatera Barat sekitar 120 orang.

(5)   Koneksi antar materi due date tanggal 19 Oktober 2023

CGP membuat keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada sebelumnya yaitu modul 1.1, 1.2 dan 1.3 sehingga dapat mulai menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Bagian ini adalah pengaitan antar materi yang sudah saya pelajari mulai dari modul 1.1, 1.2, 1.3, dan 1.4.

Tugas di bagian ini adalah menjelaskan pemahaman saya tentang konsep-konsep inti yang telah saya pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Di bagian ini juga ditugaskan untuk menjawab 11 item pertanyaan yang berkaitan dengan kesimpulan dan refleksi dari modul 1.1 sampai modul 1.4 yang disajikan dalam bentuk media informasi.

(6)   Aksi nyata due date tanggal 30 Oktober 2023

CGP akan menyampaikan kepada para pemangku kepentingan di sekolahnya mengenai perubahan paradigma dan penerapan strategi disiplin positif di sekolah masing- masing agar dapat menciptakan budaya positif. Diharapkan kegiatan ini akan membantu murid belajar dengan aman dan nyaman sehingga dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan, sebagaimana disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan utama pendidikan. Tugas yang harus dilakasanakan yaitu melakukan diseminasi, yaitu sosialisasi


budaya positif kepada warga sekolah (kepala sekolah dan guru). Pada saat jurnal ini di buat kegiatan tersebut belum dilaksanakan.

Kegiatan terakhir dari modul ini adalah post test yang akan dibuka linknya pada tanggal 17 Oktober 2023.

 2.  Feelings(Perasaan)

Selama saya mempelajari Modul 1.4. Budaya Positif, Perasaan saya bercampur aduk. Ada rasa khawatir tidak bias menyelesaikan tugas tepat waktu karena kebetulan anak saya dirawat di RS. Hal paling menarik dalam pelaksanaan budaya positif sebelum mempelajari modul ini adalah meyakini bahwa penghargaan (reward) adalah salah satu hal yang dapat memicu motivasi. Tapi ternyata penghargaan sama nilainya dengan hukuman.

Setelah mempelajari modul 1.4 perasaan saya menjadi sangat senang dan semakin antusias untuk bisa menerapkan materi modul 1.4 ini. Dan pada saat saya menerapkan membuat keyakinan kelas disitulah saya menemukan hal yang berbeda karena dalam pembuatan keyakinan kelas ini murid dengan kesadaraannya mengungkapkan nilai-nilai kebajikan disiplin positif yang akan diyakininya. Pada saat pembuatan keyakinan kelas ini perasaan saya senang karena ternyata murid juga antusias melaksanakannya.

Selain itu saya juga senang dalam praktik segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan murid. Pada saat saya melakukan restitusi itu saya sangat menghargai murid karena mau terbuka dengan permasalahan yang dihadapi dan tentang bagaimana cara memperbaikinya. Sangat senangnya perasaannya ketika saya bisa melakukan kedua hal tersebut. Ketika murid melanggar peraturan mereka harus menerima konsekuensi sesuai dengan apa yang telah disepakati.

3.  Findings(Pembelajaran)

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 1.4 budaya positif ini adalah bahwa sebagai calon guru penggerak harus menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat dalam penerapan budaya positif disekolah yaitu posisi kontrol sebagai manajer dengan manajer dengan menerapkan segitiga restitusi sebagai solusi ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas.

Karena restitusi menciptakan kondisi murid untuk memperbaiki kesalahan merekabisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Gossen;2004). Dan memang benar hal tersebut dapat menyelesaikan masalah selesai dengan damai dan anak- anakpun tidak kehilangan identitas mereka justru mereka kembali dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik. Saya akan terus belajar dan memberikan keteladanan dalam proses menumbuhkan budaya positif di lingkungan sekolah. Terus menanamkan pemahaman pribadi bahwa budaya positif akan hadir ketika pikiran kita sudah positif.


Di Modul 1.4. saya mendapatkan materi tentang konsep-konsep budaya positif, yakni:

1)  Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

2)  Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

3)  Keyakinan Kelas

4)  Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

5)  Lima Posisi Kontrol

6)  Segitiga Restitusi 

Saya juga bisa membuat contoh penerapan segitiga restitusi bersama siswa yang bisa digunakan untuk contoh bagi guru lain yang belum mengetahui tentang segitiga restitusi untuk membangun budaya positif di sekolah.

 

4.  Future(Penerapan)

Setelah mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif, saya akan:

-       melakukan perbaikan diri dan memberikan keteladanan pada murid-murid agar budaya positif bisa tercapai dan terus dilaksanakan secara kontiniu dalam proses pembelajaran di sekolah.

-          mengimbaskan kepada rekan sejawat apa yang sudah saya pelajari dan praktekkan

-          membuat keyakinan kelas pada kelas yang lain

-          menerapkan segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan murid

-          Melakukan terus pendekatan dari hati ke hati dengan murid-murid saya, berusaha menyelami dunia mereka agar lebih memahami kebutuhan yang diperlukan mereka dalam mencapai merdeka belajar sehingga tujuan akhir agar mereka bisa memaknai proses pendidikan ini dengan menyenangkan dan menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka kelak, dengan demikian akan terwujud murid dengan profil pelajar Pancasila.

    Demikianlah Jurnal Dwi Mingguan saya terkait modul 1.4 tentang Budaya Positif.

    Salam Guru Penggerak !!!

    Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan

 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh