Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3
Oleh:
Amelia Hamida, S.Pd
CGP Angkatan 9
Kabupaten Pasaman Barat
Pada modul 2.3 ini, saya merefleksikan kegiatan yang saya ikuti
di LMS ini dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal Refleksi dwi minggu ini
membahas materi pada Modul 2.3 tentang Coaching. Jurnal refleksi ini saya tulis
sebagai media yang mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta
praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah
Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)
1. Facts (Peristiwa)
Di minggu ini ada
beberapa aktivitas pembelajaran yaitu diawali mulai dari 2.3.a.3 mulai dari
diri yang berisikan jawaban dari pertanyaan pemantik yang diberikan untuk
merefleksikan diri saya tentang supervisi di sekolah saya, kemudian masuk ke
eksplorasi konsep, modul 2,3,a,4,1 yang membahas tentang coaching, perbedaan
antara metode pengembangan diri coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan
training, konsep coaching secara umum, bagaimana coaching dilakukan dalam
konteks pendidikan, paradigma coaching dilihat dari system Among yang merupakan
konsep dari Ki Hajar Dewantara, selanjutnya masuk ke modul 2.3.a.4.2 tentang
eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi
yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga mengaitkan antara
paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervise akademik.
Selain itu disana juga
dijabarkan perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam
rangka memberdayakan rekan sejawat, dibantu dengan video percakapan coaching
yang membantu saya memahami tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang coach
yang baik. yang diakronimkan menjadi TIRTA ( Tujuan, Identifikasi, Rencana
aksi, dan Tanggung jawab ), diharapkan akan seperti air yang mana komunikasi
bisa mengalir, disini juga dibahas tentang inti coaching yaitu presence
kehadiran penuh yang terlihat pada coach, dengan memberikan perhatian penuh
akan apa yang disampaikan oleh coachee, menjadi seorang pendengar aktif dengan
sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang dibicarakan oleh coachee,
dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan berbobot dalam percakapan
coaching, selain itu, modul ini juga membahas tentang jalannya percakapan
coaching untuk membuat rencana aksi, coaching untuk melakukan refleksi,
coaching untuk memecahkan masalah dan coaching melakukan kolaborasi,
selanjutnya di forum diskusi eksplorasi kami saling melakukan pemantapan
pemahaman dengan berdiskusi antar CGP. Pada modul 2.3.a.5 yaitu ruang
kolaborasi saya berpasangan dengan Bu Asrima Dewi melakukan sebuah percakapan
coaching untuk benar-benar memberikan pengalaman coaching secara nyata dengan
teman sesama CGP, dan hasil percakapan divideokan
2. Feelings (Perasaan)
Saya sangat semangat
mengikuti aktivitas pembelajaran tentang coaching ini. Pada modul 2.3. ini,
Saya menjadi begitu penasaran di awalnya bagaimana menjadi coach yang baik, dan
kemudian merasa senang sekali karena semuanya terjawab di modul ini ditambah
dengan beberapa praktik langsung bersama para CGP membuat pemahaman baik
tentang modul 2.3 Dari hasil praktik saya merasa masih banyak kekurangan
sehingga merasa bersemangat untuk belajar lagi dan berusaha memahami tentang
coaching, bagaimana membuat pertanyaan berbobot, dan bagaimana bersikap sebagai
coach yang baik.
3. Findings
(Pembelajaran)
Informasi, pengetahuan
dan pengalaman baru pada modul 2.3. memberi saya banyak pengetahuan dan
pembelajaran yang banyak tentang bagaimana menjadi coaching yang baik dan
bagaimana melakukan supervisi akademik yang baik yang dapat membantu
pengembangan diri rekan sejawat. pada fase ini saya diajak untuk meninjau ulang
keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2:yang pernah saya dapati mulai dari
konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai
guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan
Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan
supervisi akademik.
4. Future (Penerapan)
Sebagai seorang guru,
saya tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait
dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat. permasalahan tersebut
seringkali menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai
tujuannya, bahkan mereka bisa saja tidak sadar akan kemampuan dan kekuatan yang
mereka miliki untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, coaching
sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut.
Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan
sejawat lainnya. Sehingga semua mampu menjadi coach yang baik bagi muridnya dan
orang lain.