Jurnal
Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1
Tidak
terasa, saya hampir menyelesaikan modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan
Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin, yang merupakan modul awal dari
paket modul 3 ini. Seperti biasanya, setelah menyelesaikan pembelajaran, saya
perlu melakukan refleksi pembelajaran yang saya peroleh dari modul ini. Dalam
kesempatan ini, saya akan menyampaikan hasil refleksi saya menggunakan model 4F
atau 4P, yaitu Facts (Peristiwa), Filling (Perasaan), Findings (Pembelajaran),
dan Future (Penerapan).
1.
Facts ( Peristiwa )
Sebelum memulai pembelajaran modul 3.1,
kami memulainya dengan pre-test pada tanggal 1 Februari 2024 yang terdiri dari
20 soal. Setelah itu, pembelajaran dilanjutkan dengan alur MERDEKA (Mulai dari
diri, Eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi
Pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata), seperti yang sudah biasa
dilakukan dalam modul-modul sebelumnya.
Tahap pertama, yaitu "Mulai dari
diri", dimulai dengan menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.
Kami juga melakukan survei dengan sebuah kasus yang dihadirkan, dan kami
menganalisisnya secara mandiri seolah menjadi seorang kepala sekolah.
Tahap kedua adalah "Eksplorasi
Konsep", di mana kami, sebagai peserta, secara mandiri belajar dan
mendalami semua materi yang ada dalam modul 3.1 di platform pembelajaran kami
(LMS). Di sini, kami mempelajari kasus dilema etika dan bujukan moral. Pada
akhir eksplorasi, terdapat forum diskusi di mana kami, para peserta, melakukan
analisis terhadap kasus-kasus yang ada di LMS.
Tahap ketiga, yaitu "Ruang
Kolaborasi", kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Pembelajaran dilakukan
secara online melalui Gmeet dengan bimbingan fasilitator kami, Dra Muliati.
Kami menganalisis sebuah kasus permasalahan yang sudah ada mengenai Bu Azizah
dan Bu Dani yang memakai uang MKKS untuk pengobtan anaknya. Kemudian, kami
melakukan presentasi tentang hasil diskusi kami keesokan harinya.
Tahap keempat adalah "Demonstrasi Kontekstual".
Kami diberi tugas untuk mewawancarai 2-3 kepala sekolah mengenai praktik
pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika yang terjadi di sekolah mereka. Kami,
sebagai peserta, melakukan wawancara dan menyampaikan hasilnya.
Tahap kelima, "Elaborasi Pemahaman",
dimulai dengan pembuatan pertanyaan. Pada tanggal 12 Februari 2024, kami
mengikuti Vcon Elaborasi Pemahaman dengan instruktur untuk lebih memahami
pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.
Tahap keenam adalah "Koneksi antar
materi", di mana kami mengaitkan materi pengambilan keputusan berbasis
nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi-materi pada modul-modul
sebelumnya.
Terakhir, "Aksi nyata"
mengharuskan kami, peserta, untuk mempraktikkan proses pengambilan keputusan,
paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah kami.
2.
Filling ( Perasaan )
Saya sangat sedih disaat Ruang Kolaborasi
Diskusi. Hal ini disebabkan jaringan yang susah dan kesalahpahaman lalu
akhirnya sinyal yang betul betul hilang sehingganya saya tidak dapat mengikuti kegiatan
Rukol dengan baik. Namun saat Rukol sesi presentasi, perasaan yang muncul adalah
perasaan penuh syukur. Saya juga merasa sangat beruntung karena modul ini telah
membuka cakrawala baru dalam pemahaman saya tentang pengambilan keputusan. Saya
merasa tertantang untuk benar-benar mengaplikasikan konsep 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip penting dalam pengambilan keputusan, dan 9
langkah yang mendalam dalam mengambil dan menguji keputusan, terutama ketika
saya dihadapkan pada dilema etika dalam kehidupan sehari-hari. Saya menyadari
bahwa kemampuan mengambil keputusan yang tepat bukan hanya sekadar
keterampilan, tetapi juga merupakan pondasi utama dalam menciptakan lingkungan
sekolah yang positif, kondusif, aman, dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat
dalam dunia pendidikan.
3.
Finding ( Pembelajaran )
Dari modul 3.1, saya mendapatkan
pemahaman penting tentang bagaimana pengambilan keputusan harus didasarkan pada
nilai-nilai kebajikan. Saya belajar bahwa sebagai pemimpin, sangat penting
untuk selalu berpihak pada kebaikan murid dan memastikan bahwa setiap keputusan
yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, saya juga memahami bahwa
tahap awal dalam menghadapi permasalahan adalah mengidentifikasi apakah ini
merupakan dilema etika atau bujukan moral. Dilema etika adalah situasi di mana
dua pilihan dapat dianggap benar, sedangkan bujukan moral adalah situasi di
mana satu tindakan dianggap benar dan yang lainnya salah.
Pentingnya memahami perbedaan antara
dilema etika dan bujukan moral sangatlah relevan dalam pengambilan keputusan.
Apabila sebuah kasus dapat dipahami sebagai pelanggaran hukum, maka
langkah-langkah pengambilan keputusan bisa berhenti karena sudah melalui uji legalitas.
Ini adalah pengetahuan berharga yang saya peroleh dari modul ini, yang akan
saya terapkan dalam pengambilan keputusan di masa depan, terutama ketika
berhadapan dengan situasi yang kompleks dan memerlukan pertimbangan etika yang
mendalam.
4. Future (
Penerapan )
Dengan pengetahuan yang saya peroleh dari modul 3.1 ini tentang
pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, saya merasa lebih siap
untuk menghadapi situasi dilema etika di masa depan. Saya berniat menerapkan 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan dalam setiap keputusan yang saya ambil.
Selain itu, saya juga berkomitmen untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan ini
dengan rekan sejawat saya, sehingga kami semua dapat mengambil keputusan yang
lebih baik dan lebih etis yang selaras dengan nilai-nilai kebajikan universal
dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan murid.
Dengan demikian,
saya percaya bahwa penerapan prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang saya
pelajari dalam modul ini akan memberikan kontribusi positif pada lingkungan
sekolah saya dan akan menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif,
aman, dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Dengan
berfokus pada nilai-nilai kebajikan, kita dapat memastikan bahwa setiap
keputusan yang diambil akan memprioritaskan kesejahteraan dan perkembangan
murid, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah kita.
Terima kasih
Salam dan Bahagia
0 komentar:
Posting Komentar