Sabtu, 10 Februari 2024

Jurnal Dwimingguan Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

 

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1

Tidak terasa, saya hampir menyelesaikan modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin, yang merupakan modul awal dari paket modul 3 ini. Seperti biasanya, setelah menyelesaikan pembelajaran, saya perlu melakukan refleksi pembelajaran yang saya peroleh dari modul ini. Dalam kesempatan ini, saya akan menyampaikan hasil refleksi saya menggunakan model 4F atau 4P, yaitu Facts (Peristiwa), Filling (Perasaan), Findings (Pembelajaran), dan Future (Penerapan).

 

1. Facts ( Peristiwa )

Sebelum memulai pembelajaran modul 3.1, kami memulainya dengan pre-test pada tanggal 1 Februari 2024 yang terdiri dari 20 soal. Setelah itu, pembelajaran dilanjutkan dengan alur MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata), seperti yang sudah biasa dilakukan dalam modul-modul sebelumnya.

Tahap pertama, yaitu "Mulai dari diri", dimulai dengan menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Kami juga melakukan survei dengan sebuah kasus yang dihadirkan, dan kami menganalisisnya secara mandiri seolah menjadi seorang kepala sekolah.

Tahap kedua adalah "Eksplorasi Konsep", di mana kami, sebagai peserta, secara mandiri belajar dan mendalami semua materi yang ada dalam modul 3.1 di platform pembelajaran kami (LMS). Di sini, kami mempelajari kasus dilema etika dan bujukan moral. Pada akhir eksplorasi, terdapat forum diskusi di mana kami, para peserta, melakukan analisis terhadap kasus-kasus yang ada di LMS.

Tahap ketiga, yaitu "Ruang Kolaborasi", kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Pembelajaran dilakukan secara online melalui Gmeet dengan bimbingan fasilitator kami, Dra Muliati. Kami menganalisis sebuah kasus permasalahan yang sudah ada mengenai Bu Azizah dan Bu Dani yang memakai uang MKKS untuk pengobtan anaknya. Kemudian, kami melakukan presentasi tentang hasil diskusi kami keesokan harinya.

Tahap keempat adalah "Demonstrasi Kontekstual". Kami diberi tugas untuk mewawancarai 2-3 kepala sekolah mengenai praktik pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika yang terjadi di sekolah mereka. Kami, sebagai peserta, melakukan wawancara dan menyampaikan hasilnya.

Tahap kelima, "Elaborasi Pemahaman", dimulai dengan pembuatan pertanyaan. Pada tanggal 12 Februari 2024, kami mengikuti Vcon Elaborasi Pemahaman dengan instruktur untuk lebih memahami pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.

Tahap keenam adalah "Koneksi antar materi", di mana kami mengaitkan materi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi-materi pada modul-modul sebelumnya.

Terakhir, "Aksi nyata" mengharuskan kami, peserta, untuk mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah kami.

2. Filling ( Perasaan )

Saya sangat sedih disaat Ruang Kolaborasi Diskusi. Hal ini disebabkan jaringan yang susah dan kesalahpahaman lalu akhirnya sinyal yang betul betul hilang sehingganya saya tidak dapat mengikuti kegiatan Rukol dengan baik. Namun saat Rukol sesi presentasi, perasaan yang muncul adalah perasaan penuh syukur. Saya juga merasa sangat beruntung karena modul ini telah membuka cakrawala baru dalam pemahaman saya tentang pengambilan keputusan. Saya merasa tertantang untuk benar-benar mengaplikasikan konsep 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penting dalam pengambilan keputusan, dan 9 langkah yang mendalam dalam mengambil dan menguji keputusan, terutama ketika saya dihadapkan pada dilema etika dalam kehidupan sehari-hari. Saya menyadari bahwa kemampuan mengambil keputusan yang tepat bukan hanya sekadar keterampilan, tetapi juga merupakan pondasi utama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman, dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.

 

3. Finding ( Pembelajaran )

Dari modul 3.1, saya mendapatkan pemahaman penting tentang bagaimana pengambilan keputusan harus didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Saya belajar bahwa sebagai pemimpin, sangat penting untuk selalu berpihak pada kebaikan murid dan memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, saya juga memahami bahwa tahap awal dalam menghadapi permasalahan adalah mengidentifikasi apakah ini merupakan dilema etika atau bujukan moral. Dilema etika adalah situasi di mana dua pilihan dapat dianggap benar, sedangkan bujukan moral adalah situasi di mana satu tindakan dianggap benar dan yang lainnya salah.

Pentingnya memahami perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral sangatlah relevan dalam pengambilan keputusan. Apabila sebuah kasus dapat dipahami sebagai pelanggaran hukum, maka langkah-langkah pengambilan keputusan bisa berhenti karena sudah melalui uji legalitas. Ini adalah pengetahuan berharga yang saya peroleh dari modul ini, yang akan saya terapkan dalam pengambilan keputusan di masa depan, terutama ketika berhadapan dengan situasi yang kompleks dan memerlukan pertimbangan etika yang mendalam.

 

 

4. Future ( Penerapan )

 Dengan pengetahuan yang saya peroleh dari modul 3.1 ini tentang pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, saya merasa lebih siap untuk menghadapi situasi dilema etika di masa depan. Saya berniat menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam setiap keputusan yang saya ambil. Selain itu, saya juga berkomitmen untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan ini dengan rekan sejawat saya, sehingga kami semua dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan lebih etis yang selaras dengan nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan murid.

Dengan demikian, saya percaya bahwa penerapan prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang saya pelajari dalam modul ini akan memberikan kontribusi positif pada lingkungan sekolah saya dan akan menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif, aman, dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Dengan berfokus pada nilai-nilai kebajikan, kita dapat memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil akan memprioritaskan kesejahteraan dan perkembangan murid, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah kita.

 

Terima kasih

Salam dan Bahagia

 

0 komentar:

Posting Komentar