Minggu, 25 Februari 2024

Jurnal Refleksi Modul 3.2 ~Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2

Modul "Pemimpin dalam pengelolaan Sumber Daya" mulai di pelajari pada 15 Februari 2024 oleh CPG angkatan 9 Program Pendidikan Guru Penggerak. Sebagai pemenuhan tugas pembuatan jurnal refleksi kali ini saya menggunakan model F4 yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway (Facts, Feelings, Findings, Future)

 

1. Peristiwa (Facts)

Pada tanggal 15 Februari 2024  CGP mempelajari Mulai dari diri sebagai alur awal MERDEKA dikerjakan melalui moda mandiri dengan mengingat kembali faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Pada sesi ini saya diwajibkan untuk memberikan respon terhadap beberapa pertanyaan untuk melihat sejauh mana pengetahuan saya sebagai peserta program tentang materi kali ini.

Pada tanggal 16 Februari 2024  kegiatan berikutnya yakni Eksplorasi konsep memberikan kesempatan pada saya dalam melakukan eksplorasi mandiri dengan menelaah konsep dasar tentang sekolah sebagai ekosistem, Pedekatan Berbasis Kekurangan dan Pendekatan Berbasis Aset, Sejarah singkat Pendekatan Asser-Based Comunnity Development, dan aset-aset dalam sebuah komunitas. Di sesi pembelajaran ini, CGP juga diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan pemantik yang nantinya akan diduskusikan pada forum diskusi.

Pada tanggal 19 Februari 2024  Ruang Kolaborasi modul 3.2 di forum diskusi 1 telah dihadiri oleh CGP. Bersama CGP lain dalam pengelompokkan kelompok serta didampingi Ibu Fasilitator, CGP diminta untuk dapat mengidentifikasi berbagai sumber daya di daerah untuk sekolahnya dan strategi pemanfaatannya secara efektif. Pemetaan aset di daerah sekolah nantinya akan dipersentasikan kepada kelompok lain pada ruang kolaborasi sesi 2 di modul 3.2.

Pada tanggal 20 Februari 2024  masuk pada Ruang kolaborasi 2 untuk kegiatan presentasi tiap kelompok. Kali ini saya masuk dalam kelompok 3 bersama dengan rekan-rekan sejawat di CGP Angkatan 9 yang berada di satu wilayah yang sama, yaitu Ranah Batahan. Pada presentasi ini kelompok saya mengidentifikasi asset dan pemanfaatan di wilayah Ranah Batahan, Kab. Pasanman Barat. Pada tanggal 26 Februari 2024  masuk di Elaborasi Pemahaman bersama instruktur dengan adanya elaborasi pemahaman ini semakin kuat pemahaman saya tentang pengelolaan sumber daya.

 

2. Perasaan (Feelings)

Dalam sesi pembelajaran ini, saya merasa sangat gembira karena saya telah memperoleh pengetahuan baru yang terkait dengan materi dari modul ini. Pengetahuan ini membuka mata saya terhadap potensi sumber daya yang ada di sekitar lingkungan sekolah saya, dan saya merasa termotivasi untuk melakukan pemetaan komprehensif terhadap semua aset tersebut agar dapat dimanfaatkan secara efektif. Selain itu, saya merasa tertantang untuk berbagi pengetahuan ini dengan rekan sejawat di sekolah agar mereka juga dapat mengadopsi pendekatan PKBA (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) dalam upaya menemukan aspek positif dalam kehidupan sekolah dan mengoptimalkannya. Dengan demikian, kami bisa menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih berdaya dan bermanfaat bagi peserta didik.

3. Pembelajaran (Findings)

Sesi pembelajaran Ruang Kolaborasi Sesi 1 pada modul ini telah memberikan banyak pelajaran berharga. Saya belajar untuk fokus pada aspek positif dalam pengambilan keputusan dan perencanaan berdasarkan kekuatan, inspirasi, serta potensi yang ada. Modul ini mendorong perubahan paradigma dari pola pikir yang seringkali bersifat defisit, di mana kita cenderung melihat permasalahan dan kekurangan terlebih dahulu (Deficit Based Thinking). Ini adalah langkah yang sangat positif untuk mengembangkan pendekatan yang lebih proaktif dan membangun pada aset yang ada di sekitar kita. Saya merasa sangat termotivasi untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam praktik pengambilan keputusan dan pengelolaan program di sekolah.

Dalam modul ini, CGP mendalami konsep sekolah sebagai ekosistem, di mana terdapat interaksi antara unsur biotik (unsur yang hidup seperti murid, guru, kepala sekolah, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orangtua murid/wali, dan masyarakat sekitar sekolah) dan unsur abiotik (unsur yang tidak hidup seperti keuangan, sarana, dan prasarana). Dengan pemahaman ini, CGP menyadari bahwa sekolah bukanlah entitas yang berdiri sendiri, tetapi terhubung erat dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini membuka peluang untuk memanfaatkan semua sumber daya yang ada dalam dan di sekitar sekolah secara lebih efektif dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.

Pembelajaran di modul ini juga memberi kesempatan untuk dapat membedakan tujuh aset utama yang dimiliki oleh lingkungan sekolah meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik dan modal agama dan budaya. Dengan mengetahui aset-aset dalam komunitas, maka kita diharapkan memiliki strategi dalam pemanfaatannya sehingga pada akhirnya kita memiliki karakteristik komunitas yang sehat dan resilen.

 

4. Penerapan (Future)

Dengan pemahaman yang diperoleh dari modul ini, harapannya CGP dapat mengadopsi pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (Asset-Based Community Development/ABCD) dengan mengubah pola pikir (mindset) dan sikap positif sebagai langkah awal. Implementasi modul ini diharapkan mampu membantu sekolah dalam membangun ekosistem yang merangsang pertumbuhan dan perkembangan murid, sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Kita perlu ingat bahwa cara sekolah memandang ekosistemnya sangat memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian, penggunaan ABCD dapat membuka potensi positif di lingkungan sekolah, menjadikan aset dan sumber daya yang ada sebagai dasar pengembangan pendidikan yang lebih efektif dan inklusif.

0 komentar:

Posting Komentar